Bunda Perlu Tau...

          Bagi orang tua pasti berbeda-beda pendapat mengenai kapan waktu yang tepat untuk meng-khitan-kan anak laki-lakinya…ada yang ketika anak lelakinya masih bayi sudah di khitan, ada pula yang menunggu sampai anaknya siap..
            Saya pun demikian, ketika mempunyai anak lelaki yaitu Davi sudah merencanakan untuk meng-khitan-kan Davi saat usia sekolah dasar, namun manusia hanya bisa berencana saja yang menentukan Allah juga. Karena suatu hari ketika umurnya hampir 3 tahun, Davi sering menangis ketika akan buang air kecil dan bila alat kelaminnya dipegang dia menjerit sambil menangis kemudian saya bawa ke bidan terdekat dan oleh bidan tsb di diagnosis terkena Phimosis, apa ya Phimosis itu? Phimosis adalah kondisi ujung prepusium ( kulit luar penis ) menyempit, sehingga terdapat sisa air kencing yang tertimbun di bagian prepotium ( kulit penutup kepala penis, kulup). Bila kondisi itu di biarkan, pasien bisa mengalami peradangan.Selain itu anak menjadi sering sakit-sakitan.
            Dan untuk mengatasi hal tersebut harus dilakukan pembedahan supaya kotoran-kotoran yang menyumbat pen*snya bisa dibersihkan/dikeluarkan agar tidak infeksi. Namun, kata bidan, jika hanya dilakukan pembersihan kondisi seperti itu bisa terjadi lagi suatu hari nanti. Jadi, jalan yang terbaik yaa di khitan. Sebagai orang tua saya tidak tega untuk meng-khitan-kan Davi yang masih kecil tapi dari pada keadaannya jadi lebih buruk..yaa akhirnya saya ikhlas, mungkin sudah kehendak Allah hal ini harus terjadi.
Saat proses khitan dilakukan, saya merasa tidak tega/kuat mendengar jeritan tangis Davi. Saya hanya bisa berdoa semoga semua itu membawa kebaikan bagi Davi.
            Untuk Bunda yang punya anak laki-laki, mungkin pengalaman saya di atas bisa di ambil hikmah/pelajaran agar tidak terjadi pada putranya, kalau memang berniat meng-khitan-kan anaknya pada usia sekolah. Di bawah ini terdapat artikel mengenai tanda-tanda, penyebab dan cara mengatasi phimosis :
Sember :

Sunat Atasi Gangguan Penis Fimosis Pada Anak


            Jakarta, Salah satu gangguan yang bisa terjadi pada penis anak laki-laki adalah mengalami fimosis (phimosis). Anak yang mengalami fimosis selalu merasa sakit saat kencing. Umumnya kondisi ini diobati dengan cara disunat atau dikhitan.
Fimosis adalah kondisi kulup (bagian kulit yang menutupi ujung kepala penis) tidak dapat ditarik sehingga kulit tersebut menutupi lubang atau saluran kemih yang menyebabkan anak merasa nyeri saat buang air kecil.
Seperti dikutip dari Menshealth.about.com, Selasa (18/5/2010) fimosis dapat disebabkan oleh:
  1. Kegagalan kulup untuk melonggar selama proses pertumbuhan
  2. Infeksi seperti balinitis
  3. Cacat yang disebabkan oleh trauma
  4. Penyakit pada alat kelamin.
Infeksi yang terjadi kemungkinan timbul dari ketidakmampuan melakukan pembersihan yang efektif sehingga menyebabkan pembengkakan, kemerahan dan rasa sakit di daerah tersebut.

Selain rasa nyeri dan sakit saat buang air kecil, fimosis ini juga sering disertai dengan gejala:
  1. Bagian depan penis yang menggelembung
  2. Anak menangis saat buang air kecil karena timbul rasa sakit
  3. Urine yang keluar tidak lancar
  4. Kadang disertai dengan demam tinggi atau iritasi pada penis.
Fimosis ini bisa terjadi karena faktor kongenital (bawaan sejak bayi lahir) atau bisa juga akibat peradangan berulang yang terjadi pada kulit depan penis (kulup).

Anak-anak seringkali sulit untuk mengungkapkan apa yang dialaminya, sehingga orangtualah yang harus cermat memperhatikan dan melihat apa yang terjadi dengan anaknya.

Beberapa ahli medis memiliki pendapat berbeda mengenai pengobatan terhadap kondisi ini, diantaranya ada yang melarang melakukan perawatan bedah sampai anak tersebut mencapai pubertas. Namun jika penyebab dari fimosis ini adalah akibat infeksi Balanitis xeroticia obliterans, maka satu-satunya pengobatan adalah melakukan bedah sunat.

Meski demikian ada beberapa pengobatan yang bisa dilakukan untuk mengatasi fimosis, yaitu:
  1. Menggunakan krim tropis, steroid dan non-steroid yang dioleskan pada bagian kulup.
  2. Peregangan bertahap untuk membuka kulup sehingga lebih longgar.
  3. Pembedahan untuk membentuk kembali kulup dan membuatnya lebih lebar.
Umumnya jika fimosis tak kunjung sembuh setelah diberikan pengobatan berupa krim dan peregangan, maka dokter akan menyarankan dilakukan sunat untuk membuang kulit kulup tersebut.

Hingga kini sunat atau khitan masih menjadi pengobatan yang efektif untuk fimosis, dan sunat ini sendiri tidak akan mengganggu fungsi reproduksi dari anak tersebut nantinya.

Setelah dilakukan sunat, orangtua dan anak harus menjaga kebersihannya agar tidak terjadi infeksi yang dapat menghambat saluran kemih kembali.

Selain itu usahakan untuk selalu membersihkan kepala penis perlahan-lahan setiap kali anak selesai buang air kecil. Hal ini penting untuk menjaga kebersihan dan mencegah.


Komentar

  1. pengalaman yg berarti utk disampaikan kepada orang tua lain yg memiliki anak laki-laki. kebetulan, teman isteri saya juga mengalami hal serupa, yg disunat karena gejala seperti di atas pada usia 3,5 tahun. alhamdulillah, kondisinya lebih baik daripada sebelum disunat.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Dukung Anak Generasi Maju Dengan Menjadi Bunda Mombassador SGM Eksplor Melek Digital

Program Klub Bunda SGM (part 2)

#DiRumahAja Bersama Keluarga Generasi Maju Mombassador SGM Eksplor Cegah Pandemi Covid-19