Antara Hidup dan Mati
Hari Jumat sore tanggal 4 Mei 2007, saya yang tengah mengandung 9 bulan merasakan sakit sekali yang tidak biasanya. Apakah saya akan melahirkan pikirku waktu itu, tanpa pikir panjang suami dan saya berangkat menuju rumah seorang bidan yang jaraknya 1,5 km menggunakan sepeda motor, sampai di rumah bidan tersebut saya diperiksa ternyata saya belum waktunya melahirkan, so yang saya rasakan sakit luar biasa tadi apa ya?? akhirnya kami pulang ke rumah dengan menahan sakit yang saya rasakan. Hal tersebut kami lakukan sampai 3 kali bolak balik ke rumah bidan tersebut, sehingga ada saudaraku yang tidak tega menyuruhku untuk stay di rumah bidan saja menunggu kelahiran. Saat maghrib hari Sabtu tanggal 5 Mei 2007, saat setelah buang air kecil aku melihat ada flek darah so kami memutuskan untuk langsung ke rumah bidan walaupun nanti harus pulang lagi kami akan bersikeras untuk tinggal di rawat sampai proses kelahiran. Dan, betul sekali setelah diperiksa saya sudah bukaan 1, saat itu rasa sakitnya teramat luar biasa. Duduk atau berbaring rasa sakit itu tetap ada walau naik turun sakitnya, menunggu bukaan 1 agar menjadi bukaan 2 dan seterusnya adalah waktu yang melelahkan dan menyakitkan saya karena hampir 5 jam hanya terjadi bukaan 3 saja sedangkan saya sudah tidak kuat dan banyak sekali darah yang keluar.
Pada saat itu pikiranku sudah melayang-layang tidak tentu rasanya ingin di operasi caesar saja namun memikirkan biaya yang besar, suamiku memberikan dorongan agar saya kuat untuk melahirkan normal. Sebenarnya suamiku juga tidak tega melihat saya kesakitan, namun dia tetap memberikan semangat dan dorongan bahwa saya mampu melahirkan normal. Jam menunjukkan pukul 2 malam dan saya sudah tidak sanggup lagi menahannya, akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke rumah sakit umum saja karena bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa segera di ambil tindakan bila memang harus di operasi caesar. Sesampai di rumah sakit saya sudah bukaan 6, namun saya harus menunggu lagi karena tidak ada hal-hal yang mendesak untuk dilakukan operasi caesar. Di sebelah ruangan saya di rawat, ada ibu-ibu yang juga melahirkan namun bayinya meninggal. Mendengar hal itu secara tidak langsung, pikiran saya tidak karuan namun saya hanya bisa pasrah. Rasa sakitnya bertambah, saya sudah hampir tidak kuat namun suamiku bilang bahwa saya akan melahirkan saat adzan subuh berkumandang hal itu dilakukannya agar saya tetap semangat, kuat dan berpikiran positif. Namun, lewat subuh saya belum juga melahirkan. Hingga hari Minggu tanggal 6 Mei 2007 pukul 07.10 pagi dengan proses melahirkan hanya 30 menit saya melahirkan seorang putra dengan BB 2,75 kg, 49cm sehat tidak kurang suatu apapun. Alhamdulillah, saya panjatkan rasa syukur kepada Allah Swt.
Namun, di saat anak saya di bersihkan dan di adzankan oleh suamiku, perut saya masih merasakan sakit sekali seperti akan buang air besar (tapi sebelum akan melahirkan perut sudah dikosongkan) dan suster yang jaga pun melarang hal itu tanpa melihat keadaan saya yang masih kesakitan setelah melahirkan. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada saya menahan rasa sakit itu, sampai bayi saya datang untuk diberi ASI pertama namun dengan kondisi saya yang masih merasakan sakit luar biasa, tidak bisa menggendong dengan nyaman suami pun meminta suster untuk memeriksa saya tapi para suster itu pun tidak dengan segera memeriksa keadaan saya sampai ada seorang wanita tua yang bilang ke suster bahwa saya seperti akan melahirkan lagi baru mereka bergegas memeriksa saya dan saya pun dinyatakan mengalami pendarahan sehabis melahirkan. Mendengar hal itu saya pun pasrah kalau memang Allah berkehendak memanggil saya kembali padaNya dan saya pun melihat bayi dan suami saya dengan pandangan untuk yang terakhir kali. Di dalam ruangan persalinan, jahitan ku di lepas lagi karena masih banyak darah kotor yang belum keluar. Saya pasrah, namun syukur alhamdulillah pendarahan saya bisa dihentikan karena penanganan yang cepat. Lho, bukannya saya tadi sudah minta diperiksa?? andaikata tidak ada ibu tua tadi pasti para suster tidak segera memeriksa saya, dan apa yang terjadi dengan saya?? wallahualam.. suamiku ingin berterima kasih kepada ibu tua tadi namun ibu tua itu entah pergi lewat mana karena suami menunggu di pintu keluar masuk yang hanya 1 saja, dan orang-orang pun tidak pernah melihat ibu tua itu lagi setelah berbicara kepada suster. Saya hanya bisa termenung saja, entah siapa ibu tua tadi yang pasti saya banyak-banyak bersyukur karena atas pertolongan Allah lah saya selamat melewati peristiwa ini.
Pada saat itu pikiranku sudah melayang-layang tidak tentu rasanya ingin di operasi caesar saja namun memikirkan biaya yang besar, suamiku memberikan dorongan agar saya kuat untuk melahirkan normal. Sebenarnya suamiku juga tidak tega melihat saya kesakitan, namun dia tetap memberikan semangat dan dorongan bahwa saya mampu melahirkan normal. Jam menunjukkan pukul 2 malam dan saya sudah tidak sanggup lagi menahannya, akhirnya saya memutuskan untuk pindah ke rumah sakit umum saja karena bila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bisa segera di ambil tindakan bila memang harus di operasi caesar. Sesampai di rumah sakit saya sudah bukaan 6, namun saya harus menunggu lagi karena tidak ada hal-hal yang mendesak untuk dilakukan operasi caesar. Di sebelah ruangan saya di rawat, ada ibu-ibu yang juga melahirkan namun bayinya meninggal. Mendengar hal itu secara tidak langsung, pikiran saya tidak karuan namun saya hanya bisa pasrah. Rasa sakitnya bertambah, saya sudah hampir tidak kuat namun suamiku bilang bahwa saya akan melahirkan saat adzan subuh berkumandang hal itu dilakukannya agar saya tetap semangat, kuat dan berpikiran positif. Namun, lewat subuh saya belum juga melahirkan. Hingga hari Minggu tanggal 6 Mei 2007 pukul 07.10 pagi dengan proses melahirkan hanya 30 menit saya melahirkan seorang putra dengan BB 2,75 kg, 49cm sehat tidak kurang suatu apapun. Alhamdulillah, saya panjatkan rasa syukur kepada Allah Swt.
Namun, di saat anak saya di bersihkan dan di adzankan oleh suamiku, perut saya masih merasakan sakit sekali seperti akan buang air besar (tapi sebelum akan melahirkan perut sudah dikosongkan) dan suster yang jaga pun melarang hal itu tanpa melihat keadaan saya yang masih kesakitan setelah melahirkan. Dengan sisa-sisa tenaga yang ada saya menahan rasa sakit itu, sampai bayi saya datang untuk diberi ASI pertama namun dengan kondisi saya yang masih merasakan sakit luar biasa, tidak bisa menggendong dengan nyaman suami pun meminta suster untuk memeriksa saya tapi para suster itu pun tidak dengan segera memeriksa keadaan saya sampai ada seorang wanita tua yang bilang ke suster bahwa saya seperti akan melahirkan lagi baru mereka bergegas memeriksa saya dan saya pun dinyatakan mengalami pendarahan sehabis melahirkan. Mendengar hal itu saya pun pasrah kalau memang Allah berkehendak memanggil saya kembali padaNya dan saya pun melihat bayi dan suami saya dengan pandangan untuk yang terakhir kali. Di dalam ruangan persalinan, jahitan ku di lepas lagi karena masih banyak darah kotor yang belum keluar. Saya pasrah, namun syukur alhamdulillah pendarahan saya bisa dihentikan karena penanganan yang cepat. Lho, bukannya saya tadi sudah minta diperiksa?? andaikata tidak ada ibu tua tadi pasti para suster tidak segera memeriksa saya, dan apa yang terjadi dengan saya?? wallahualam.. suamiku ingin berterima kasih kepada ibu tua tadi namun ibu tua itu entah pergi lewat mana karena suami menunggu di pintu keluar masuk yang hanya 1 saja, dan orang-orang pun tidak pernah melihat ibu tua itu lagi setelah berbicara kepada suster. Saya hanya bisa termenung saja, entah siapa ibu tua tadi yang pasti saya banyak-banyak bersyukur karena atas pertolongan Allah lah saya selamat melewati peristiwa ini.
Komentar
Posting Komentar